Tugas Ke-1 Bahasa Indonesia 2
Nama : NURLITA
NPM : 25210182
Kelas : 3EB17
PENALARAN DEDUKTIF
A. Sejarah Munculnya Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif dikembangkan oleh Aristoteles, Thales, Phytagoras dan para filsuf Yunani lainnya dari Periode Klasik (600-300 SM). Contoh klasik dari penalaran deduktif yang diberikan Aristoteles ialah :
• Semua manusia fana (pasti akan mati) : Premis Mayor
• Sokrates adalah manusia : Premis Minor
• Sokrates pasti akan mati : Kesimpulan
Aristoteles menceritakan bagaimana Thales menggunakan kecakapannya untuk mendeduksikan bahwa musim panen zaitun pada musim berikutnya akan sangat berlimpah. Karena itu ia membeli semua alat penggiling zaitun dan memperoleh keuntungan besar ketika panen zaitun yang melimpah itu benar-benar terjadi.
Penalaran deduktif tergantung pada premisnya. Artinya, premis yang salah mungkin akan membawa kita kepada hasil yang salah dan premis yang tidak tepat juga akan menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat. Alternatif dari penalaran deduktif adalah penalaran induktif. Perbedaan dasar di antara keduanya dapat disimpulkan dari dinamika deduktif dengan progresi secara logis dari bukti-bukti umum kepada kebenaran atau kesimpulan yang khusus.
Penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang spesifik untuk menarik suatu kesimpulan umum.
A. Sejarah Munculnya Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif dikembangkan oleh Aristoteles, Thales, Phytagoras dan para filsuf Yunani lainnya dari Periode Klasik (600-300 SM). Contoh klasik dari penalaran deduktif yang diberikan Aristoteles ialah :
• Semua manusia fana (pasti akan mati) : Premis Mayor
• Sokrates adalah manusia : Premis Minor
• Sokrates pasti akan mati : Kesimpulan
Aristoteles menceritakan bagaimana Thales menggunakan kecakapannya untuk mendeduksikan bahwa musim panen zaitun pada musim berikutnya akan sangat berlimpah. Karena itu ia membeli semua alat penggiling zaitun dan memperoleh keuntungan besar ketika panen zaitun yang melimpah itu benar-benar terjadi.
Penalaran deduktif tergantung pada premisnya. Artinya, premis yang salah mungkin akan membawa kita kepada hasil yang salah dan premis yang tidak tepat juga akan menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat. Alternatif dari penalaran deduktif adalah penalaran induktif. Perbedaan dasar di antara keduanya dapat disimpulkan dari dinamika deduktif dengan progresi secara logis dari bukti-bukti umum kepada kebenaran atau kesimpulan yang khusus.
Penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang spesifik untuk menarik suatu kesimpulan umum.
Dengan memperkirakan fenomena bagaimana apel jatuh dan bagaimana planet-planet bergerak, Isaac Newton menyimpulkan teori daya tarik. Pada abad ke-19, Adams dan Leverrier menerapkan teori Newton (prinsip umum) untuk mendeduksikan keberadaan, massa, posisi, dan orbit Neptunus (kesimpulan-kesimpulan khusus) tentang gangguan (perturbasi) dalam orbit Uranus yang diamati (data spesifik).
B. Pengertian Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagian yang khusus. Berawal pada suatu peristiwa umum yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini dan berakhir pada suatu kesimpulan yang bersifat lebih khusus.
Metode ini diawali dari pembentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala. Penarikan kesimpulan dengan cara deduktif tidak menghasilkan pengetahuan baru, karena kesimpulannya telah tersirat pada premisnya. Proses deduksi berlangsung dalam tiga tahap :
• Generalisasi sebagai pangkal bertolak.
• Penerapan generalisasi pada kejadian tertentu.
• Kesimpulan deduktif yang berlaku bagi peristiwa khusus itu.
Penalaran deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagian yang khusus. Berawal pada suatu peristiwa umum yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini dan berakhir pada suatu kesimpulan yang bersifat lebih khusus.
Metode ini diawali dari pembentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala. Penarikan kesimpulan dengan cara deduktif tidak menghasilkan pengetahuan baru, karena kesimpulannya telah tersirat pada premisnya. Proses deduksi berlangsung dalam tiga tahap :
• Generalisasi sebagai pangkal bertolak.
• Penerapan generalisasi pada kejadian tertentu.
• Kesimpulan deduktif yang berlaku bagi peristiwa khusus itu.
C. Faktor-Faktor Penalaran Deduktif
Faktor-faktor penalaran deduktif, di antaranya yaitu :
• Terdapat pada kalimat utama.
• Penjelasannya berupa hal-hal yang umum.
• Kebenarannya jelas dan nyata.
Faktor-faktor penalaran deduktif, di antaranya yaitu :
• Terdapat pada kalimat utama.
• Penjelasannya berupa hal-hal yang umum.
• Kebenarannya jelas dan nyata.
D. Tiga Bagian Penting dalam Peralatan Deduksi
Peralatan deduksi atau disebut dengan silogisme (cara berpikir formal yang jarang terjadi dalam kehidupan sehari-hari) terjadi dari tiga bagian :
1. Premis Mayor : Suatu generalisasi yang meliputi semua unsur kategori , banyak yang diantaranya atau hanya beberapa unsur saja.
2. Premis Minor : Penyamaan suatu objek atau ide dengan unsur yang dicakup oleh premis mayor
3. Kesimpulan
E. Penarikan Kesimpulan Secara Deduktif
Ada dua cara dalam penarikan simpulan (konsklusi) dalam penalaran deduktif, yaitu :
1. Menarik Simpulan Secara Langsung
Simpulan (konklusi) secara langsung ditarik dari satu premis.
Misalnya :
• Semua S adalah P. (Premis)
Sebagian P adalah S. (Simpulan)
Contoh :
- Semua ikan bernafas melalui insang. (Premis)
Semua yang bernafas melalui insang adalah ikan. (Simpulan)
- Semua garam rasanya asin. (Premis)
Sebagian yang asin adalah garam. (Simpulan)
• Tidak satu pun S adalah P. (Premis)
Tidak satu pun P adalah S. (Simpulan)
Contoh :
Tidak sebuah mobil pun adalah motor. (Premis)
Tidak sebuah motor pun adalah mobil. (Simpulan)
• Semua S adalah P. (Premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P. (Simpulan)
Contoh :
Semua mobil adalah kendaraan beroda empat. (Premis)
Tidak satu pun mobil adalah kendaraan tidak beroda empat. (Simpulan)
• Tidak satu pun S adalah P. (Premis)
Semua S adalah tak-P. (Simpulan)
Contoh :
Tidak satu pun mawar adalah melati. (Premis)
Semua mawar adalah bukan melati. (Simpulan)
• Semua S adalah P. (Premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P. (Simpulan)
Tidak satu pun tak-P adalah S. (Simpulan)
Contoh :
Semua gajah adalah berbelalai. (Premis)
Tidak satu pun gajah adalah tak berbelalai. (Simpulan)
Tidak satu pun yang berbelalai adalah gajah. (Simpulan)
2. Menarik Simpulan Secara Tidak Langsung
Simpulan (konklusi) secara langsung ditarik dari satu premis.
Misalnya :
• Semua S adalah P. (Premis)
Sebagian P adalah S. (Simpulan)
Contoh :
- Semua ikan bernafas melalui insang. (Premis)
Semua yang bernafas melalui insang adalah ikan. (Simpulan)
- Semua garam rasanya asin. (Premis)
Sebagian yang asin adalah garam. (Simpulan)
• Tidak satu pun S adalah P. (Premis)
Tidak satu pun P adalah S. (Simpulan)
Contoh :
Tidak sebuah mobil pun adalah motor. (Premis)
Tidak sebuah motor pun adalah mobil. (Simpulan)
• Semua S adalah P. (Premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P. (Simpulan)
Contoh :
Semua mobil adalah kendaraan beroda empat. (Premis)
Tidak satu pun mobil adalah kendaraan tidak beroda empat. (Simpulan)
• Tidak satu pun S adalah P. (Premis)
Semua S adalah tak-P. (Simpulan)
Contoh :
Tidak satu pun mawar adalah melati. (Premis)
Semua mawar adalah bukan melati. (Simpulan)
• Semua S adalah P. (Premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P. (Simpulan)
Tidak satu pun tak-P adalah S. (Simpulan)
Contoh :
Semua gajah adalah berbelalai. (Premis)
Tidak satu pun gajah adalah tak berbelalai. (Simpulan)
Tidak satu pun yang berbelalai adalah gajah. (Simpulan)
2. Menarik Simpulan Secara Tidak Langsung
Penarikan simpulan secara tidak langsung memerlukan dua premis sebagai data. Kemudian dari dua premis tersebut menghasilkan sebuah simpulan. Premis pertama adalah premis yang bersifat umum. Dan yang kedua adalah premis yang bersifat khusus. Untuk menarik simpulan dengan cara ini, kita memerlukan premis yang sifatnya telah diketahui oleh semua orang.
Berikut ini adalah jenis penalaran deduktif dengan penarikan secara tidak langsung :
2.1 Silogisme Kategorial
Disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor. Silogisme kategorial terjadi dari tiga proposisi, yaitu :
1. Premis umum : Premis Mayor (My)
2. Premis khusus : Premis Minor (Mn)
3. Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor dan predikat simpulan disebut term minor. Contoh silogisme kategorial :
My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA.
Mn : Saya adalah mahasiswa.
K : Saya lulusan SLTA.
Berikut ini adalah jenis penalaran deduktif dengan penarikan secara tidak langsung :
2.1 Silogisme Kategorial
Disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor. Silogisme kategorial terjadi dari tiga proposisi, yaitu :
1. Premis umum : Premis Mayor (My)
2. Premis khusus : Premis Minor (Mn)
3. Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor dan predikat simpulan disebut term minor. Contoh silogisme kategorial :
My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA.
Mn : Saya adalah mahasiswa.
K : Saya lulusan SLTA.
2.2 Silogisme Hipotesis
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Konditional hipotesis adalah bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen. Contoh silogisme hipotesis :
My : Jika tidak ada makanan manusia akan kelaparan.
Mn : Makanan tidak ada.
K : Jadi, manusia akan kelaparan.
2.3 Silogisme Alternatif
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain. Contoh silogisme alternatif :
My : Kakak saya berada di Bandung atau Jakarta.
Mn : Kakak saya berada di Bandung.
K : Jadi, Kakak saya tidak berada di Jakarta.
2.4 Silogisme Disjungtif
Silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disjungtif, sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya. Silogisme ini terdiri ada dua macam, yaitu:
- Silogisme disjungtif dalam arti sempit
Silogisme disjungtif dalam arti sempit berarti mayornya mempunyai alternatif kontradiktif. Contoh silogisme disjungtif dalam arti sempit :
My : Deni jujur atau berbohong.
Mn : Ternyata Deni berbohong.
K : Ia tidak jujur.
My : Deni jujur atau berbohong.
Mn : Ternyata Deni berbohong.
K : Ia tidak jujur.
- Silogisme disjungtif dalam arti luas
Silogisme disjungtif dalam arti luas berarti premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontradiktif. Contoh silogisme disjungtif dalam arti luas :
My : Siska di rumah atau di sekolah.
Mn : Ternyata tidak di rumah.
K : Siska di sekolah.
Hukum-hukum Silogisme Disjungtif
• Silogisme disjungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid.
Contoh :
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata Hasan berbaju putih.
∴ Hasan bukan tidak berbaju putih.
• Silogisme disjungtif dalam arti luas, kebenaran konklusinya adalah :
1. Bila premis minor mengakui salah satu alternatif, maka konklusinya sah (benar). Contoh :
Budi menjadi guru atau pelaut.
Budi adalah guru.
∴ Maka Budi bukan pelaut.
2. Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif, maka konklusinya tidak sah (salah). Contoh :
Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogyakarta.
Ternyata tidak lari ke Yogyakarta.
∴ Dia lari ke Solo?
Konklusi yang salah karena bisa jadi dia lari ke kota lain.
My : Siska di rumah atau di sekolah.
Mn : Ternyata tidak di rumah.
K : Siska di sekolah.
Hukum-hukum Silogisme Disjungtif
• Silogisme disjungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid.
Contoh :
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata Hasan berbaju putih.
∴ Hasan bukan tidak berbaju putih.
• Silogisme disjungtif dalam arti luas, kebenaran konklusinya adalah :
1. Bila premis minor mengakui salah satu alternatif, maka konklusinya sah (benar). Contoh :
Budi menjadi guru atau pelaut.
Budi adalah guru.
∴ Maka Budi bukan pelaut.
2. Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif, maka konklusinya tidak sah (salah). Contoh :
Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogyakarta.
Ternyata tidak lari ke Yogyakarta.
∴ Dia lari ke Solo?
Konklusi yang salah karena bisa jadi dia lari ke kota lain.
2.5 Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan. Umumnya, dalam silogisme ini salah satu premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui. Contoh entimen :
Semua sarjana adalah orang cerdas.
Fenny adalah seorang sarjana.
Jadi, Fenny adalah orang cerdas
Dari silogisme ini dapat ditarik satu entimen, yaitu “Fenny adalah orang cerdas karena dia adalah seorang sarjana”.
Contoh entimen yang lain : Bona menerima hadiah pertama karena telah memenangkan undian itu.
Dengan demikian, silogisme dapat dijadikan entimen. Begitu juga sebaliknya,sebuah entimen juga dapat diubah menjadi silogisme.
F. Ciri-Ciri Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang ide pokok atau kalimat utamanya terletak pada awal paragraf kemudian diikuti oleh kalimat-kalimat penjelas untuk mendukung kalimat utama.
Ciri-ciri paragraf deduktif, yaitu :
- Kalimat utama berada pada awal paragraf.
- Kalimat disusun dari pernyataan umum kemudian disusul dengan penjelasan.
G. Contoh Paragraf Penalaran Deduktif
Beberapa cara agar kesehatan tubuh selalu terjaga dengan baik. Cara tersebut dapat dilakukan dengan cara berolahraga secara teratur, dengan berolahraga kesehatan tubuh akan selalu terjaga. Karena dengan melakukan olahraga racun-racun yang ada di dalam tubuh akan terbakar dan keluar manjadi keringat. Olahraga banyak macamnya, dengan cara yang ringan adalah dengan joging atau senam pagi. Dan untuk yang menyukai olahraga yang berat, bisa dengan sepak bola, fitnes dan lain-lain. Makan teratur, dengan selalu berusaha makan dengan cara teratur kesehatan tubuh akan dapat selalu terjaga. Apabila mempunyai kesibukan yang sangat padat, kadang-kadang hampir setiap orang melupakan makan. Padahal makan adalah kebutuhan yang tidak bisa ditunda-tunda lagi. Istirahat yang cukup, setelah melakukan berbagai macam kegiatan langkah selanjutnya agar kesehatan tubuh bisa selalu terjaga dengan baik adalah istirahat yang cukup. Dan jangan pernah begadang hingga larut malam.
Referensi :
Arifin, E. Zaenal dan S. Arman Tasai. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akkademika Pressindo.
Dr. Alek A., S.S.M.Pd. & Prof. Dr. H. Achmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Tidak ada komentar:
Posting Komentar